Tuesday, September 11, 2018

Nikah Muda? Yay or Nay?

Nikah? Siapa sih yang gak mau?

Apa sih "Pernikahan" itu?

Kalau kata mbah Wiki : Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. 

Sedangkan menurut Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan : Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha esa.

Intinya buat gue, pernikahan itu prosesi menyatukan dua orang dan dua keluarga dalam suatu ikatan fisik maupun emosional yang disahkan oleh agama maupun negara dan untuk bahu membahu demi masa depan yang lebih baik.

Kenapa gue tekankan kalimat "dua keluarga" dan "masa depan"?

Yap! Gue paham, cewe modern masa kini pasti mikir, ah, nanti setelah nikah ga mau gabung sama orang tua. pengen pernikahan yang bebas campur tangan orang tua. ga mau diatur orang tua. pengen simple. gak mau ribet. etc.

Sharing dari pengalaman pribadi gue, jujur gue nikah karna "terpaksa", atau bahasa kerennya MBA gitu ya. Dan gue sharing kaya gini bukan karna bangga, atau merasa hebat karna pernah bandel atau apa. Big NO! Justru gue berharap dengan gue sharing, kalian para cewe - cewe jadi mikir berkali - kali kalau ada cowo yang "ngajak lebih" sebelum saatnya. Gue nikah di usia 19 tahun kurang beberapa hari hehe.. Too young, actually.

Dan, ya, pernikahan gue digelar dalam cara yang sederhana dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Karna waktu yang singkat, kedua orang tua gue bener - bener berperan banyak ngurus segala sesuatu nya. Mulai dari nyogok orang kelurahan biar bisa keluarin Surat Numpang Nikah tanpa embel embel RT RW, ngurus ke KUA, Selamatan, sampai Ijab - Kabul ke dua kalinya setelah anak gue lahir (Fyi, agama gue islam, dan dalam islam perempuan hamil seharusnya gak boleh nikah).

Untuk yang nikah normal dengan budget besar sih gampang, tinggal sewa WO, orang tua tinggal duduk manis. Oke, itu fine. Tapi, normalnya pakai WO sekalipun kedua pihak keluarga pasti punya kemauan dan kepentingan masing-masing. Dan, itu adalah hal yang bakal bisa dihindarin. Terutama saat kalian masuk ke proses kehamilan dan lahiran. Kalau calon mertua kalian satu suku (gue ga maksud untuk rasis, tapi pada kenyataannya Indonesia memang terdiri dari banyak suku, dan masing-masing suku pasti punya adat yang berbeda dalam setiap aspek kehidupan), fine, akan lancar karna adat dan cara yang akan kalian hadapin pasti sesuai dengan kemauan mereka. Sebaliknya, kalau beda suku dan kedua pihak sama-sama keukeuh a.k.a keras kepala, habis sudah hehehe..

Lanjut bicara soal Masa Depan. Buat gue alasan utama manusia melangsungkan pernikahan ya untuk masa depan yang lebih baik, mulai dari keturunan, keuangan, kebahagiaan. Jadi inget lagu lama Taylor Swift dan Boys Like Girls yang judulnya Two is Better Than One, bener banget bahwa ngelakuin apapun berdua sama orang yang kita suka pasti lebih asik, lebih mudah, dan lebih oke hasilnya. Sekalipun gagal, seenggaknya kegagalan itu dihadapin sama-sama.

Nah, kalau, dalam masa pacaran ini 'Calon Suami' kalian keliatan belum punya visi misi untuk masa depan, belum bisa diajak 'berjuang' bersama demi masa depan, mending pending dulu deh rencana nikah muda nya. Karna, kalau calon kalian belum punya pemikiran kedepan, setelah menikah, setelah menikmati indahnya jadi suami-isteri muda, kalian akan bingung dan lama-lama akan jenuh, gini doang nih nikah? Dan yang terburuk adalah, tanpa visi misi, setelah kalian jenuh kalian akan mulai main - main dengan api alias cari sesuatu yang lebih fun dengan cara selingkuh lah, cari pelarian ke temen lah, mulai males pulang ke rumah lah. Duh.. Jangan sampai ya..

Sharing lagi dari pengalaman pribadi gue yang nikah diumur 19 tahun, gue dan suami sama sama lahiran tahun 1995. Kita dulunya satu SMP, walaupun baru bener - bener deket waktu jaman kuliah. Waktu itu, posisi nya suami gue cuma lulusan SMA dan langsung kerja. Seperti yang kalian tau lah ya, sekarang ini lulusan sarjana aja cari kerja susah, apalagi yang SMA, boro-boro mengharapkan kerja enak, udah dapet kerja aja udah bersyukur. Suami gue kerja di toko elektronik sebagai kurir,  untuk antar spare part mesin mesin pabrik, which mean gajinya ga besar dan pada saat itu cuma cukup untuk diri sendiri.

Dengan umur yang begitu muda, gue dan suami gue memang masih berfikiran seperti pada remaja pada umumnya, yang cuman mau have fun, gak mau ribet, gak mau denger anak nangis rewel. Tapi dengan status sebagai "SUAMI, ISTRI, dan ORANG TUA" mau gak mau membuat fikiran dan sikap kita dipaksa untuk menjadi dewasa. Dewasa Karbitan lah ya bisa dibilang. Di masa - masa awal nikah, kita sama sekali gak ada fikiran, mau dibawa kemana rumah tangga kita? Yang ada difikiran gue saat itu, gimana caranya gue bisa secepatnya lulus kuliah supaya orang tua gue ga kecewa - kecewa amat, that's it.

Seiring berjalannya waktu, suami gue mulai sedikit berubah. Dari tadinya kita nikmatin masa-masa nikah yang seru khas anak muda, jadi ke rutinitas 'suami istri' yang membosankan, yang cuma pagi antar gue kuliah, terus kerja, balik malem tidur. Gitu aja terus sampai negara api menyerang, kalah balik lagi, nyerang lagi. Karna saat itu pernikahan kita tanpa visi misi, semua jadi terasa hampa. Dan disini lah perlunya kedewasaan kedua pihak, untuk merencakan dan merealisasikan masa depan bersama.

Saat ini, kita udah nikah hampir 4 tahun. Setelah lulus kuliah, gue sempet kerja di salah satu perusahaan asing di Jakarta Selatan, tapi karna ga betah, gue memutuskan untuk resign dan saat ini kerja di perusahaan kecil tapi alhamdulillah banyak keuntungan yang gue dapet, selain dari segi materil, perusahaan gue saat ini dekat dari rumah, jadi gue ga terlalu khawatir sama anak yang gue titipin ke mama. Dan saat ini, suami gue melanjutkan study nya di salah satu universitas swasta yang lumayan oke. Walaupun harus ngiket pinggang dengan ketat demi bayar biaya kuliah, gue dan suami berharap dengan dia kuliah masa depan kita sekeluarga akan lebih baik. Serta gue berharap, dengan pergaulan yang lebih luas, suami gue bisa melepaskan 'hasrat masa muda' yang harusnya dia habiskan tanpa gangguan dari 'beban rumah tangga' dan kedepannya akan menjadi pribadi yang lebih matang lagi.

Ada beberapa special case yang gue temuin seputar 'dilema nikah muda', salah satunya terjadi di kehidupan temen kantor gue. Dari awal masuk, dia selalu bilang mau nikah muda, tapi kenyataannya sampai saat ini gue tulis blog ini belum juga direalisasikan. Sekilas orang yang dengar curhatan temen gue ini akan bilang dia lebay, pengen buru-buru nikah tapi masih suka jalan sama cowo yang berbeda, pengen buru-buru nikah kuliah aja gak selesai-selesai. Setelah gue perhatiin, ternyata ini anak bisa dibilang broken home, nyokapnya baru aja setahun meninggal, rumah yang dibeli dengan susah payah sama nyokap nya ini mau dikuasain sama bokap dan istri satunya, disisi lain adiknya juga gak banyak membantu. Jadi dia butuh perhatian dan cari perlindungan gitu, mungkin dengan harapan semakin cepat dia nikah, semakin dia lepas dari beban keluarganya.

So, have you decided yet? Mau nikah muda? Atau tunggu nanti?

Point terpentingnya adalah :


  1. Selesaikan dulu study kalian dalam jenjang apapun itu, ingat pendidikan itu sangat penting, kalian gak mau kan nanti ngurus anak tanpa pendidikan yang oke? Semakin cerdas orang tuanya, anaknya juga pasti akan cerdas dan wawasannya luas. 
  2. Restu dari kedua orang tua. Kalau di awal kedua pihak keluarga udah oke dengan pernikahan muda kalian, sudah saling kenal, mudah-mudahan kesananya gak akan ada masalah yang berarti.
  3. Jangan cuma nikah muda karna ikut-ikutan trend. Artis, selebgram, temen - temen pada nikah muda, kalian juga jadi pengen. Jangan sampai, mereka nikah muda terus cerai muda dan kalian ikutan juga.
  4. Pastikan pasangan kalian memang siap, dan punya visi misi seperti yang gue bilang. Visi misi gak selalu harus punya rumah, harus hidup mewah, bisa liburan, bisa sekolahin anak sampe ke luar negeri, seenggaknya harus tau mau dibawa kemana rumah tangga kalian? Yang adem ayem kah, yang Sakinah Mawaddah Wa Rahmah yang tujuannya akhirat, yang seru setiap waktu kah. (Walaupun yang gue sebutin sebelumnya emang penting juga hehehe..) Dan jangan sampai sudah nikah tapi apa - apa masih merengek ke orang tua.
  5. Kalau usia kalian udah cukup tapi memang belum dapat pasangan, just remember negara maju aja rata-rata nikah diusia 30an ke atas dan mereka lebih mapan dari segala aspek karna memang secara psikologi sudah matang secara sempurna, jangan dengerin emak - emak tetangga yang suka ngegosipin perawan tua atau apa, fuck, kapan Indonesia maju kalau emak - emak itu hanya bisa ngegosip bukannya berkarya.


Apapun pilihannya, nikah muda atau nikah nanti, mudah-mudahan kita bisa selalu menghadapi segala rintangan yang menanti dibalik indahnya pernikahan itu sendiri. See you guys on my next unimportant post :)




No comments:

Post a Comment